Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus 31, 2009

BANJARNEGARA : PROGRAM KONVERSI MASIH KURANG 40% - Minyak Tanah Makin Sulit Diperoleh

BANJARNEGARA (KR) - Di saat penyaluran paket program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Kabupaten Banjarnegara belum selesai, minyak tanah semakin sulit diperoleh. Kelangkaan minyak tanah terjadi karena penyaluran dari agen ke pengecer sudah dikurangi secara besar-besaran. Akibatnya, warga yang selama ini menggunakan minyak tanah, jadi kelabakan. Kalau pun minyak tanah ada, harganya melambung hingga Rp 5.000/liter. Meski ditargetkan menjelang Ramadan ini pendistribusian paket program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Kabupaten Banjarnegara selesai, ternyata masih kekurangan ratusan ribu paket. Kabag Perekonomian Setda Banjarnegara, Basuki Abdulah Sabtu (29/8) mengatakan, kekurangan masih mencapai 130.000 paket atau sekitar 40 persen dari total penerima yang berkisar 325.000 orang. ”Kekurangan terjadi hanya pada tabung gasnya saja, sementara untuk regulator dan kompor stoknya terpenuhi. Meski demikian, karena pembagian ini dalam satu paket maka kekurangan tabung gas ini menyeb

BANJARNEGRA : 6 desa tolak pengeboran PT GDE Dieng

BANJARNEGARA - Enam kepala desa yang tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa Dataran Tinggi Dieng menolak pengeboran tiga sumur bawah tanah yang akan dilakukan oleh PT Geo Dipa Energi (GDE) Unit Dieng, untuk kepentingan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Dalam surat keberatan yang disampaikan kepada Pemkab Banjarnegara belum lama ini ada beberapa poin yang menjadi alasan mereka. Pertama, keluhan masyarakat mengenai pencemaran air tanah yang diindikasikan akibat adanya pengeboran oleh PT GDE belum ada penyelesaian. Kedua, adanya pengeboran akan berdampak pada berkurangnya air tanah, padahal warga sedang mengalami kesulitan air bersih. Ketiga, warga di sekitar tidak merasa diuntungkan baik secara ekonomi maupun sosial adanya PT GDE. Enam desa yang merasa keberatan terdiri dari empat desa yang masuk wilayah Banjarnegara dan dua desa yang ikut Wonosobo. Desa tersebut adalah Dieng Kulon, Karangtengah, Kepakisan, Bakal (ikut Banjarnegara), Dieng Wetan dan Sikunang (Wonosobo). "Su

MILIS BANJARNEGARA MENGADAKAN KUMPUL-KUMPUL SILATURAHMI LEBARAN

Alhamdulilah, tanpa terasa sudah hampir satu dekade Milis Banjarnegara ini hadir, dengan misi dan konsep yang sederhana, mudah mudahan milis ini bisa mengeratkan tali silaturahim antar warga Banjarnegara di manapun berada. Ayuk... ikutan.... lebaran Kumpul bareng Keluarga Besar Milis Banjarnegara di Yahoogroups KOPDAR MILIS BANJARNEGARA http://groups.yahoo.com/group/banjarnegara ketentuannya : Tanggal 20 September 2009 Jam 17:00 sampai dengan selesai Tempat : Desa Kalipelus RT04/RW05 - Kec Purwanegara ( d/h. Kantor pos Purwanegara ke utara ( rmh . Bp Sarmin ) ) perserta dibatasi maximal 60 orang beserta keluarga ya disebabkan oleh keterbatasa tempat, jadi buruan yang mau ikut daftar. Keterangan lebih lanjut Hubungi sdr. Agus Winarko di milis Banjarnegara http://groups.yahoo.com/group/banjarnegara Ngumpulaken Balung Pisah adalah salah satu tujuan dan harapan kami semua, dengan kebersamaan tersebut semoga banyak hal positif baik materi maupun non materi yang bisa kita semua sumbangkan un

BANJARNEGARA : Makanan berformalin masih beredar di Banjarnegara

Gambar
BANJARNEGARA - Produk makanan mengandung formalin dan kedaluwarsa ternyata masih ditemukan beredar di sejumlah pasar dan pusat perdagangan di Banjarnegara. Dalam operasi pasar yang dilakukan Bagian Perekonomian Setda Banjarnegara, Sabtu (29/8) kemarin, banyak ditemukan makanan kemasan yang sudah kedaluarsa dan mi mie mengandung bahan pengawet mayat. Produk kemasan yang kedaluwarsa diantaranya susu, minuman kemasan, makanan ringan, mi dan bumbu dapur dalam kemasan. Adapun bahan makan yang mengandung formalin ditemukan pada mi basah. Semua makanan kedaluwarsa ini ditemukan dari hasil operasi pasar di empat yakni Pasar Kota Banjarnegera, Purwonegoro, Mandiraja dan Purworeja. Sedangkan mi formalin ditemukan di Mandiraja. "Dari semua jenis makanan kedaluwarsa tersebut yang paling banyak jumlahnya adalah bumbu dapur dalam kemasan. Produk kedaluwarsa ini ditemukan di tiga pasar tersebut, kecuali pasar induk," jelas Kasubag Pengembangan Indagkop dan UMKM pada Bagian Perekonomian Setd