BANJARNEGARA : Nuansa Jawa dan Islami warnai kirab HUT Banjarnegara

BANJARNEGARA-Peringatan hari jadi ke 178 Kabupaten Banjarnegara yang jatuh pada hari pertama bulan Ramadhan, Sabtu (22/8) diwarnai nuansa Jawa dan Islami. Nuansa Jawa terlihat saat seluruh jajaran pejabat Banjarnegara yang mengikuti kirab mengenakan buasana Jawa lengkap. Sedangkan nuansa Islami terlihat dengan penampilan rampak bedug dan hadroh serta iringan sholawat yang ikut menyambut kirab panji lambang daerah tersebut.

Kirab panji lambang daerah yang merupakan bagian dari prosesi hari jadi ke 178 Kabupaten Banjarnegara, mengambil start dari Balai Desa Banjarkulon, Kecamatan Karangmangu. Dipilhnya Desa Banjarkulon sebagai tempat start, karena desa itu merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Banjarnegara yang pertama, sebelum pindah ke Pendapa Dipayuda Adigraha saat ini.
Sepanjang perjalanan sejauh kurang lebih 7 kilo meter, Bupati Banjarnegara, Drs Ir Djasri MM MT beserta Wakil bupati, anggota DPRD, muspida, dan pejabat lainnya, naik dokar berombongan. Mereka menyambut lambaian tangan warga Banjarnegara yang menyapanya di pinggir-pinggir jalan.
Memasuki Alun-alun Banjarnegara, rombongan turun dari dokar, lalu berjalan kaki sejauh setengah kilo meter menuju Pendopo Dipayuda Adigraha. Di belakang rombongan bupati, ada dua buah gunungan raksasa, yakni gunungan buah salak dan gunungan hasil bumi yang berisi padi, jagung, kentang dan juga satur-sayuran.
Mengingat bulan puasa, panitia hari jadi ke 178 Banjarnegara kali ini tidak menyediakan gunungan apem, namun hanya dua gunungan itu. Pada peringatan hari jadi tahun-tahun sebelumnya, gununga apem selalu ada.

Perjalanan menuju ke pendapa itu, rombongan disambut parade bedug dan hadroh serta iringan sholawat.
Sembari menebar senyumnya yang khas, Bupati Djasri memberi salam kepada warga yang memadati kompleks Alun-alun Banjarnegara yang teduh.
“Saya senang bisa disalami Pak Bupati. Dan yang lebih senang lagi, setela prosesi kirab usai, saya bisa mendapatkan buah salak dan sayur-sayuran yang dirayah beramai-ramai. Bagi yang percaya, buah salak dan hasil bumi dari gunungan itu bisa membawa berkah,” ujar Suminem (45), warga Sigaluh, Banjarnegara yang datang berombongan bersama warga desa untuk menyaksikan kirab itu.
Di Pendopo Dipayuda Adigraha, selanjutnya digelar rapat paripurna istimewa DPRD dengan agenda utama peringatan hari jadi ke 178 Kabupaten Banjarnegara. Nuansa Jawa juga terihat di sini, karena semua sambutan disampaikan dengan Bahasa Jawa krama. Bupati Djasri tampak hati-hati membacakan kata demi kata bahasa Jawa krama dalam sambutannya, agar tidak salah ucap.

“Menawi klentu, kula lingsem, saged dipungeguyu tiyang kathah. (Kalau keliru, saya malu, bisa ditertawakan orang banyak,” ujar Djasri.
Ketua panitia hari jadi ke 178 Kabupaten Banjarnegara, Syamsudin mengemukakan,peringatan hari jadi ke 178 Banjaregara yang bertepatan dengan awal puasa, memang dibuat dalam nuansa Jawa dan Islami.

“Kirab tetap kita gelar pada hari bersejarah ini, 22 Agustus, sehingga kita tidak kehilangan moment bersejarah itu.
Ini start awal, dengan nuansa religi ini, kita mengharapkan kedepan bisa lebih baik lagi. Ada jalinan saling melengkapi antara eksekutif dan legislatif dalam membangun Banjarnegara lebih baik,” ujar Syamsudin yang juga Sekda Banjarnegara.(Banyumasnews.com/pyt)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masuk SD Negeri 4 Krandegan Banjarnegara dipungut Rp 1,3 juta

BANJARNEGARA : TANPA PERBAIKAN JALAN; Desa Wisata Gumelem Sulit Terwujud

Banjarnegara : Mayat wanita di Waduk Mrica ternyata korban bunuh diri