Di Banjarnegara Kumunitas Film Indie Mengadakan Temu Komunitas Film Banjarnegara

Banjarnegara. Pada hari minggu sore tanggal 26 Juli 2009 bertempat di Press room DPRD Banjarnegara telah dilaksanakan temu komunitas film Banjarnegara. Kegiatan ini dihadiri oleh 11 orang dari beberapa komunitas seperti White Wall,Semut Ireng, Film K, Pemuda Karang Taruna desa Gumiwang, dan forum guru. Terselenggaranya acara ini tidak lepas dari dukungan sepenuhnya dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Banjarnegara yang memfasilitasi acara ini.

Berangkat dari semangat kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin antar komunitas maka temu komunitas menjadi sebuah agenda penting untuk menguatkan jejaring komunitas film di Banjarnegara dan media berbagi wacana untuk kemajuan perkembangan film. Pembahasan yang mengemuka pada pertemuan minggu sore lalu adalah pembentukan forum komunitas Film di Banjarnegara, usulan ini datang dari Semut Ireng yang ditanggapi dengan beragam pendapat. Komunitas Semut Ireng melihat bahwa forum merupakan kebutuhan sebagai jembatan komunikasi anggotanya dengan komunitas lain, pertukaran informasi agar lebih merata dan mempermudah distribusi film, pendapat ini dibarengi dengan usulan mengenai struktur forum,selain adanya posisi koordinator, ada pula yang mengusulkan Setda Banjarnegara dilibatkan sebagai dewan penasehat, Dinas Pariwisata sebagai mitra.

Beberapa komunitas kurang sependapat dengan adanya pembentukan forum dan pelibatan pemerintah dalam sebuah forum karena akan melunturkan idealisme yang dimiliki masing-masing komunitas dan bermuatan kepentingan tertentu sehingga komunitas justru di stir dan tidak independen selain itu kekhawatiran adanya forum juga ditakutkan justru akan mengerdilkan peran komunitas film karena banyak kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama sehingga anggota komunitas akan lebih terfokus pada forum bukan komunitasnya, dilain pihak komunitas yang pro adanya forum mengatakan bahwa forum bersifat fleksibel dengan struktur yang tidak kaku,siapa yang terlibat dalam struktur tergantung pada kesepakatan komunitas dan ada kode etik untuk menghindari penyimpangan tujuan.

PWI Banjarnegara sebagai mediator diskusi yang diwakili saudara Syarif mengatakan bahwa ada dan tidaknya forum tergantung kebutuhan komunitas,apakah dengan temu komunitas saja sebagai wadah komunikasi, kebutuhan masing-masing komunitas sudah terpenuhi ataukah perlu membentuk forum, ada dua hal menurutnya yang terwacanakan yaitu model tehnis-pragmatis dan model keseluruhan. Model tehnis pragmatis bersifat insidental contohnya ketika pemutaran film Laskar Pelangi maka seluruh komunitas bertemu dan membentuk kepanitiaan untuk melaksanakan acara tersebut, model keseluruhan merupakan model dimana salah satunya, komunitas-komunitas film tergabung dalam forum diiringi dengan agenda kerja bersama-sama, selain itu perlu dipikirkan juga kemanfaatan dari forum apakah bisa menjawab kebutuhan komunitas ataukah tidak, semua pilihan diserahkan pada masing-masing komunitas.

Adanya perbedaan persepsi dan argumentasi mengenai perlu tidaknya forum membuat proses diskusi belum menemukan titik temu, sehingga disepakati topik ini menjadi PR yang dibawa masing-masing komunitas agar disampaikan kepada komunitasnya sehingga pada pertemuan mendatang dapat tercapai keputusan yang menjadi kesepakatan bersama. Temu komunitas Film Banjarnegara akan diadakan lagi pada hari Selasa sore tanggal 4 Agustus 2009 di Press room DPRD Banjarnegara.(rid - 09)

sumber filmalternatif.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masuk SD Negeri 4 Krandegan Banjarnegara dipungut Rp 1,3 juta

BANJARNEGARA : TANPA PERBAIKAN JALAN; Desa Wisata Gumelem Sulit Terwujud

Banjarnegara : Mayat wanita di Waduk Mrica ternyata korban bunuh diri