Pengrajin tungku di Banjarnegara kelimpungan

BANJARNEGARA - Program konversi minyak tanah ke elpiji ternyata membawa dampak bagi para perajin tungku di Dusun Kaligintung, Desa Selamerta, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara. Dalam sebulan terakhir, permintaan tungku mengalami penurunan drastis. Sehingga mereka kelimpungan "Saya tidak bisa menghitung secara persentase, namun yang jelas turun sekali. Warung- warung atau toko yang tadinya minta lima, kini hanya dua buah tungku. Itupun pembayaran tidak langsung, menunggu tungku laku. Kondisi ini sangat memukul kami ataupun juga perajin," kata Sarno, salah satu pengepul tungku asal Desa Glempang, Minggu (2/8) kepada Wawasan.

Sepinya pembeli tersebut, lanjut dia, berimbas pada turunnya harga jual. Harga per unit tungku turun Rp 5 ribu. Padahal, pada musim kemarau seperti sekarang ini produksi tungku Selamerta mengalami kenaikan. "Kemarau seperti sekarang ini, jumlah perajin bertambah dua kali lipat. Mereka yang semula tidak aktif, kini rajin membuat tungku karena tidak bisa cocok tanam," ungkap Sarno.

Tungku yang dibeli dari perajin olehnya kemudian dijual kepada warung/toko di Wonosobo, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.

Robingun (40), perajin dari RT 2 RW II Selamerta mengatakan, dalam sehari ratarata para perajin bisa membuat satu tungku. Tiap tungku laku Rp 10 ribu. Menurutnya, membuat tungku merupakan pekerjaan warisan nenek moyangnya. Jumlah perajin sekitar 100 orang.

Menggali tanah
Agar hasilnya tidak pecah, selain memerlukan ketekunan dan kerajinan, pekerjaan membuat tungku memerlukan kerja keras yang penuh risiko, menggali tanah sampai mendapati batu yang bisa dibuat tungku. Kedalaman galian pun bervariasi, namun ada yang mencapai 60 meter.

Warga setempat mempercayai kalau batu yang dibuat tungku tidak akan habis. Mereka meyakini bebatuan akan tumbuh meski terus diambil batunya. "Setelah lubang galian membahayakakan maka diuruk tanah ataupun sisa-sisa batuan. Dan bila dalam jangka beberapa tahun kemudian lokasi itu digali kembali maka batuan bisa dibuat tungku. Selama bukit digali belum pernah terjadi longsor yang membawa korban. Sebagai ucapan rasa syukur, setiap bulan Sura (bulan Jawa-red) warga melakukan ritual selamatan ruwat bumi," ungkap Dirin, perajin yang lain. ito-Tj

sumber : wawasandigital.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masuk SD Negeri 4 Krandegan Banjarnegara dipungut Rp 1,3 juta

BANJARNEGARA : TANPA PERBAIKAN JALAN; Desa Wisata Gumelem Sulit Terwujud

Banjarnegara : Mayat wanita di Waduk Mrica ternyata korban bunuh diri