BANJARNEGARA : Aneka Limbah Cemari Sungai Serayu Banjarnegara

BANJARNEGARA (KR) - Aneka limbah kini mencemari sungai Serayu di wilayah Banjarnegara. Pencemaran limbah organik dan non organik itu, mengancam baku mutu air sungai dan cukup mengkhawatirkan. Hasil pantauan pertama yang di lakukan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Banjarnegara, pekan lalu, Jumat (21/8) disampaikan Kepala KLH Banjarnegara, Tulus Widianto. Dikatakan, pemantauan dilakukan pada beberapa titik, seperti Tunggara, Singamerta Kecamatan Sigaluh, sekitar waduk PLTA Mrica dan Klampok.
“Baku mutu air sungai Serayu sudah melampaui ambang batas klasifikasi kelas I (air minum) dan kelas II (air bersih dan pertanian). Limbah berasal dari daerah hulu dan beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Serayu,” tambahnya.

Menurut Tulus, karena sungai Serayu belum masuk klasifikasikan pada peraturan gubernur, maka klasifikasinya dimasukkan dalam kelas II. Hal ini mengacu pada PP Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. “Jika acuannya sungai kelas II maka pencemaran sungai Serayu sudah pada ambang batas,” katanya.

Dikatakan, berdasarkan PP tersebut, maka kadar Chemical Oxygen Demand (COD) yang diizinkan untuk kelas I 10.00 miligram/liter, kelas II 25.00 miligram/liter, namun kenyataannya ada yang mencapai 100.00 miligram/liter. Kadar Biological Oxygen Demand yang diizinkan untuk kelas I adalah 2.00 miligram/ liter, kelas II 3.00 miligram/liter, namun kenyataannya ada yang mencapai 16.50 miligram/liter. Demikian pula kadar Dissolved Oxygen (DO) di beberapa titik lebih rendah dari batas normal kelas I minimal 6.00 miligram/liter, kelas II minimal 4.00 miligram/liter. Namun rata-rata di bawah 3.00 miligram/liter.

Pestisida
Tulus mengatakan, penyebab tingginya pencemaran tersebut diperkirakan dari limbah organik pertanian, pestisida dan limbah dari beberapa industri yang berdiri di dekat Sungai Serayu. Menurutnya, tingkat pemakaian pestisida oleh petani kentang di wilayah hulu di Pegunungan Dieng sudah mencapai lima hingga sepuluh kali lipat ambang normal. Demikian pula penggunaan pupuk buatan di tambah kerusakan lingkungan di pegunungan tersebut.

Agar pencemaran ini tidak meningkat lagi, menurut Tulus, perlu upaya penanganan serius dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah. Penghijauan di daerah hulu dan sepanjang Serayu, harus dilakukan, di samping perlunya penyadaran kepada para petani untuk tidak terlalu berlebihan dalam menggunakan pestisida. (Mad)-c


SUMBER : KR.CO.ID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masuk SD Negeri 4 Krandegan Banjarnegara dipungut Rp 1,3 juta

BANJARNEGARA : TANPA PERBAIKAN JALAN; Desa Wisata Gumelem Sulit Terwujud

Banjarnegara : Mayat wanita di Waduk Mrica ternyata korban bunuh diri