BANJARNEGARA PRIORITASKAN PERTANIAN; Berupaya Lepas Predikat Kabupaten Tertinggal

BANJARNEGARA (KR) - Februari 2009 ada acara menarik di ruang rapat Setda Banjarnegara. Sebanyak 170-an pejabat struktural Pemkab, menyerahkan Surat Pernyataan mendukung Banjarnegara keluar dari Kategori Kabupaten Tertinggal tahun 2010. Surat Pernyataan bertulisan tangan bermaterai itu, kemudian diserahkan secara simbolis oleh Sekda Syamsudin kepada Bupati Banjarnegara, Djasri. Dalam acara itu, bupati minta agar para pejabat konsekuen dengan pernyataannya untuk selalu berupaya berpikir cerdas dan siap melayani masyarakat demi terentasnya Banjarnegara sebagai kabupaten tertinggal. “Terus-terang saya malu kalau ada pertemuan di Pusat disebutkan Banjarnegara Kabupaten tertinggal,” katanya. Djasri berpendapat, pejabat struktural merupakan salah satu kunci dari keberhasilan program untuk melepaskan diri dari predikat daerah tertinggal. “Jika dikemudian hari ada pejabat yang jelas-jelas tidak mendukung upaya pengentasan kabupaten tertinggal ini, maka saya tidak segan-segan memberikan hukuman kepada pejabat bersangkutan,” katanya.

Untuk lingkup propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banjarnegara merupakan satu di antara beberapa kabupaten tertinggal setelah Rembang dan Wonogiri. Di Banjarnegara sendiri, menurut data terbaru Bappeda, masih terdapat 63 desa sangat tertinggal dan 114 desa tertinggal (dari 278 desa/kelurahan) yang tersebar di 20 kecamatan. Slogan Tanggal 22 Agustus ini, usia Kabupaten Banjarnegara genap 178 tahun. Tak ada kata menyerah dalam mengejar ketertinggalan! Itulah slogan keseriusan Pemkab dalam mengentaskan kemiskinan.

Dalam tahun ini pula Pemkab semakin mempertajam prioritas pembangunan pada sektor pertanian disamping pendidikan dan kesehatan. “Pertanian menjadi prioritas, karena 97,94 persen tanah di Banjarnegara sangat subur, ditambah 53,65 persen penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian,” kata Djasri. Selain pertanian, termasuk di dalamnya peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Menurut Djasri, sektor pertanian dalam kurun waktu lima tahun terakhir merupakan penyumbang terbesar pada Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Banjarnegara sebesar 41 persen. Itu artinya, kondisi geografis daerah yang sebagian terbesar bergunung-gunung, bukanlah hambatan, sebaliknya justru memberi kontribusi positif pada pembangunan. Dengan memaksimalkan sektor ini, setidaknya bisa meningkatkan taraf hidup separuh lebih penduduk Banjarnegara. Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara yang dilansir Juli 2009 menyebutkan, luas panen untuk padi 25.436 hektar dengan produksi 140.940 ton. Untuk tetap mendukung produktivitas sawah, Pemkab sejak beberapa tahun terakhir melakukan pengembangan daerah irigasi sederhana, di samping memanfaatkan irigasi teknis dan setengah teknis.

Saluran irigasi teknis (sepanjang 156 kilometer) melayani areal 10.239 hektar, setengah teknis (5 kilometer) melayani 320 hektar dan irigasi sederhana (80 kilometer) melayani 9.813 hektar. Bendung Baru Saluran irigasi sederhana sepanjang tadi, telah dikembangkan mencapai 23,18 kilometer dengan luas areal pelayanan 2.371 hektar. “Tanah-tanah kering sekarang bisa ditanami padi. Kami masih terus menjajaki tempat-tempat yang kemungkinan dapat dibangun bendung baru, sehingga air bisa dinaikkan untuk pertanian,” kata Djasri. Pengembangan komoditi lain berupa jagung pada lahan 25.792 hektar dengan produksi 92.859 ton, ubi kayu 11.142 hektar dengan produksi 243.296 ton, kentang 8.434 hektar dengan produksi 1.334.175 kuintal, kubis 6.016 hektar dengan produksi 1.532.711 kuintal dan salak 12.651.800 pohon produktif dengan produksi 1.936.621 kuintal. Untuk bidang peternakan, populasi sapi penggemukan mencapai 40.426 ekor dengan sentra produksi di daerah pegunungan Banjarnegara utara yaitu Kecamatan Wanayasa, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pagentan. Sedang disejumlah kecamatan di daerah bawah, usaha pembibitan sapi dengan populasi 178.879 ekor. Prestasi Banjarnegara dalam bidang ini berbuah dengan diraihnya Juara I tingkat nasional peternakan kambing Peranakan Ettawa (PE) kelompok tani ‘Setya Makarya Tani’ Desa Tanjungtirta Kecamatan Punggelan.

Djasri mengatakan, pembangunan dengan prioritas pertanian tak bisa dipisahkan dari usaha penanggulangan kemiskinan. Dijelaskan, dari 1.011.072 jiwa penduduk Banjarnegara, 38,25 persen di antaranya penduduk miskin dan rawan pangan. Ini sangat ironis, karena sebagian terbesar dari mereka justru bekerja di bidang pertanian. Desa Mapan Salah satu upaya yang dilakukan Pemkab untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat, adalah program Aksi Desa Mandiri Pangan (Desa Mapan). Program ini dititik-beratkan di desa-desa rawan pangan. Kriterianya adalah dimana 50 persen penduduknya termasuk keluarga miskin namun memiliki potensi ekonomi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan. Program ketahanan pangan lainnya adalah dengan penggelontoran dana talangan dari APBD Propinsi Jateng untuk membeli gabah petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Untuk keperluan tersebut, Pemprop mengalokasikan dana Rp 1,25 miliar. Tujuannya adalah sebagai antisipasi merosotnya harga gabah pada saat panen raya.

Di luar sektor pertanian, menurut Djasri, sebenarnya Pemkab mendambakan masuknya investor untuk mengolah berbagai sumber daya alam yang ada di bumi Banjarnegara, seperti bahan tambang marmer, felsdpar, trass, batu lempeng, gamping, granit, andesit dan diorit. Jumlah total deposit feldspar (bahan baku industri keramik dan gelas) diperkirakan 55.943.846 M3, terdapat di Kecamatan Purwonegara, Bawang dan Banjarnegara. Masih di kecamatan yang sama, terdapat bahan tambang marmer dengan jumlah cadangan deposit 18.688.000 M3. Kemudian batu granit (untuk tegel dan aneka kerajinan) di Kecamatan Banjarmangu dengan luas 1,5 hektar dan keetinggian 30 meter. Bahan tambang trass (untuk pembuatan campuran batako dan semen di Kecamatan Punggelan, Wanayasa, Pagentan, Karangkobar dan Sigaluh dengan jumlah total cadangan 13.994.500 M3. Djasri mengatakan, Pemkab siap bekerja sama dengan investor dalam rangka memanfaatkan bahan tambang tersebut. “Kami siap memberi berbagai kemudahan. Tanah kami sediakan dan masalah izin bisa dibayar belakangan. Bahkan, kalau diperlukan, Pemkab akan membangunkan sarana jalan,” katanya. Pemkab sangat berkepentingan terhadap masuknya para investor untuk menampung ribuan angkatan kerja yang kini menganggur. Jumlah penganggur di Banjarnegara mencapai sekitar 38.000 orang. (Mad)-c


SUMBER : KR.CO.ID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masuk SD Negeri 4 Krandegan Banjarnegara dipungut Rp 1,3 juta

BANJARNEGARA : TANPA PERBAIKAN JALAN; Desa Wisata Gumelem Sulit Terwujud

Banjarnegara : Mayat wanita di Waduk Mrica ternyata korban bunuh diri